Postingan

Menampilkan postingan dengan label Cerpen

Flash Fiction New Normal

Gambar
Lipstik   Ibu sibuk mengacak-acak meja riasnya. Aghnia menghampiri Ibu.  "Kak, lihat lipstik Ibu ga?" Aghnia menggeleng.  "Waah mentang-mentang udah new normal  Ibu pakai lisptik, mau ke mana, nih?" tanyanya menggeleng.  "Lah, di mana itu lipstik, ya. Malah baru dibayar satu kali." Ibu tak menjawab, malah setengah bergumam. Aha! Ibu teringat sesuatu, ia pun segera keluar.  "Shakiiiiiiii ...!" Teriak Ibu begitu melihat si Bungsu memegang pouch perlengkapan make up -nya, wajahnya berwarna warni. 

Merah di Ghaza

Merah di Ghaza  Aku tak tahu apa yang terjadi di luar, bising sekali. Dentuman demi dentuman terdengar silih berganti memekakkan gendang telinga. Ibu menutupi telingaku, mungkin niatnya meredam suara itu agar tak tertangkap dengar olehku. Aku menggeliat, suara-suara itu sesungguhnya telah membangunkan aku sejak tadi. Mataku mulai menjelajah sekitar. Di mana lagi ini? Ibu terlihat gelisah, ia mendekapku erat.  Sudah beberapa hari ini kami selalu berpindah-pindah tempat, tak tahu kenapa saat membuka mata aku selalu menemukan tempat asing yang baru. Terkadang bersama-sama dengan yang lain, tapi pernah juga beberapa kali hanya aku, ibu dan para kakak.

FF Ramadan 2

FF 4  THR Rani sudah bersiap, tak lupa ia menggendong bayinya. Kali ini ia harus bisa beli baju yang bagus dan dress cantik untuk bayinya.  "Ayolah Bang ... dari kemaren ke mal ga jadi melulu," gerutu Rani kesal melihat suaminya masih asik dengan gawainya.  Bukannya beranjak, suaminya malah menyerahkan gawainya pada Rani. Mata Rani membelalak. Gawai di tangannya memperlihatkan saldo rekening suaminya yang hanya 117.000. *** FF 5  THR dan Mal Mata Rani berbinar cerah. Akhirnya dia tiba juga di mal impian.  "Bang, THR-nya beneran dah keluar, kan, ya?" Rani memastikan. Suaminya mengangguk.  Rani mengikuti suaminya yang malah berbelok ke arah lain.  "Kok ke sini, Bang?"  "Iya, THR-nya cuma cukup buat beli baju di sini aja, judulnya kan di mal juga." Sahut suaminya datar.  Rani cemberut, ia bingung mesti ke stand mana mencari gamis impiannya di bazar emperan mal ini. *** FF 6  Sirupnya Mana ? Racikan sup b

FF Ramadan

FF 1 Kecolongan Saat semua anak berebutan takjil di depannya, Arya hanya duduk santai. Arya sudah memisahkan takjil untuknya sendiri sejak sore tadi.  Begitu azan Magrib berkumandang, semua langsung meminum es buah dan melahap takjilnya. "Huaaaa, siapa sih yang iseng menaruh cabai rawit di sini?" Arya berteriak. Dilemparnya bakwan dan tahu isi yang sejak awal sudah disembunyikannya. *** FF 2  Pikun atau?  Malam ini malam ke 19 Ramadan, Pak Kiyai bersiap pulang ke rumah istri ke tiganya setelah mengimami salat tarawih di masjid kampung sebelah.  "Jam segini Pak Yai kok belum sampai rumah, ya," gumam Warsih khawatir, sesekali ia menengok keluar jendela.  Tatitut ... tatitut ... Warsih memeriksa gawainya.  "Ya ..." ucap Warsih tanpa salam.  "Assalamu'alaikum, mbak Warsih. Maaf ini Pak Yai malah datang ke rumahku, sudah kuberitahu kalo sekarang jatahnya mbak, tapi ia bersikeras kalo sekarang ini jatahku," terdengar suar

Gelembung Gelembung Kenangan

Gelembung Gelembung Kenangan Zya Verani Saat menatapi tingkah anak-anak yang bermain di luar, ingatanku langsung terbawa ke masa itu. Ketika Re dan Vay juga asik bermain gelembung sabun di sana, di tempat yang sama. Di sana, di halaman luas penuh rumput dan dikelilingi aneka tanaman hias itu. Bedanya kini halaman itu tak lagi berpagar. Sengaja dibongkar beberapa hari lalu agar anak-anak bebas masuk untuk bermain. Re meniupkan tangkai peniup gelembung sabunnya sementara Vay menunggu dengan antusias. Gelembung-gelembung berpelangi bermunculan dari ujung peniup Re, jumlahnya banyak sekali, ada yang besar juga kecil. Vay berlarian ke sana ke mari mengejarnya sambil tertawa riang. Gelembung terbang tak tentu arah membuat gadis kecil itu bingung menangkapnya. Tapi ia tak menyerah. Sibuk meloncat menggapai gelembung terdekat tapi tinggi. Dan... bukkk! Vay terjatuh. Re berhenti meniup. Segera dilemparnya wadah air sabun dalam genggamannya. Mencapai Vay yang meringis kesakitan. Re menggendon

Rea dan Tetangga Sebelah Rumah (sebuah cerpen)

Gambar
Lelaki tinggi berkacamata itu kembali menyapa Rea. Kali ini Rea yang sedang menyiram tanaman di depan rumahnya menjadi sedikit kikuk. "Sedang apa, Mbak Re?" tanyanya. Lelaki itu bahkan mendekat ke pagar sebelah. Kedua tangannya menopang dagu.  "Menyiram bunga, Mas," sahut Rea sedikit tersenyum. "Setahu saya Kamboja Jepang tidak boleh terlalu sering disiram, Mbak," tutur lelaki itu lagi. "Begitu, ya." Rea mulai tak nyaman. Lelaki itu terlalu banyak bicara untuk ukuran tetangga baru. Rea memutuskan untuk masuk ke dalam rumah. "Mbak Rea ..." panggil lelaki itu lagi.  "Maaf, saya sedang memasak di dapur." Ucap Rea lalu meninggalkan tetangga barunya itu. Pandangan lelaki itu mengiringi Rea hingga masuk ke dalam rumah dan menutup pintu. Rea mengintip dari balik tirai jendela. Lelaki itu masih di posisi semula. Berdiri mematung. Pandangannya tak lepas dari pintu rumah Rea. Rea menarik napas. Ada sesuatu yang aneh dengan tetangga baru

Utang (sebuah cerpen)

Gambar
Satu cerpen lawas yang saya tulis beberapa tahun lalu. Selamat menikmati... Utang "Jeng Ikke, saya pinjam uang lagi dong dua ratus ribu. Ini buat biaya study tour si sulung Jeng," Bu Septi kembali datang ke rumah Ikke. Tanpa permisi dan tidak mengucapkan salam, kini ia telah berada di dapur Ikke. Ikke yang sedang menyiangi sayuran dibuatnya terkaget-kaget. "A..." Ikke baru akan mengangkat suaranya tapi saat itu juga Bu Septi memulai lagi jurus saktinya. "Ayahnya enggak jadi dapat bonus minggu ini, Jeng. Makanya saya pinjam lagi. Bulan depan saya ganti, sekalian sama yang minggu-minggu lalu, ya." tutur Bu Septi penuh percaya diri seakan Ikke akan kembali memberinya pinjaman. Selanjutnya mengalirlah celotehnya tentang pekerjaan suaminya yang mulai sepi orderan dari bulan kemarin. Apalagi dua anaknya membutuhkan biaya sekolah yang tidak sedikit. "Sekolah jaman sekarang Jeng, jalan-jalan melulu. Bulan lalu baru pergi ke museum apa gitu, eh, sekara

Romansa Batik

Romansa Batik adalah fanfiction yang sengaja ditulis sebagai bentuk apresiasi penulis pada cerita Dharmawangsa Series yang ditulis oleh Kak Ary Nilandari di wattpad. Cerita itu sendiri ada dua novel, yakni Write Me His Story dan Pelik . Saking ngefans-nya saya pada semua tokoh di dua novel tersebut maka jadilah tulisan 'aneh' ini. Selamat menikmati... Romansa Batik Zya Verani “Ngapain juga jalan menyusuri sungai ini, malah bolak balik pula," Wynter menggerutu. Celana khakinya sudah tak kakhi lagi warnanya lebih tepat ke arah cokelat tua sekarang. "Namanya musim hujan ya pasti becek dan kotor, Wyn. Apalagi jalan ini masih tanah merah," sahut cewek berkacamata itu tanpa dosa. Wynter manyun. Kok bisa dia menjawab santai begitu, apalagi yang dicarinya belum ketemu. "Terus abis ini mau kemana kita, awas aja kamu bawa aku ke tempat yang lebih antah berantah dari ini!" seru Wynter, menyesal ia menuruti ajakan cewek berlesung pipit itu. Yang diajak ngo

Satu Senja di Cibubur

Lumayan lama ga nulis cerpen, pas nyoba nulis, kok gini ya. Iseng kirim ke salahsatu media dan ternyata ga dimuat. :D  So, aku post aja di sini :)    Satu Senja di Cibubur Zya Verani Aku melihatnya di senja pertama Februari lalu. Ya, di awal Februari. Gadis itu mengambil tempat paling pojok, sepertinya sengaja ingin menyendiri karena tak kulihat sesiapapun bersamanya. Semangkuk bakso di depannya rupanya tak menggugah seleranya. Bahkan mungkin pelantang telinga yang dikenakannya tak ia dengarkan dengan baik. Mata bening di balik kacamata ungunya tak bisa berbohong, kumenebak ia baru saja patah hati. Akan banyak pengunjung yang datang sebentar lagi. Itu artinya aku tak bisa lagi berlama-lama menatapnya. Benar saja, rombongan pertama datang, lima orang laki-laki mengambil tempat di depan. Mereka adalah pekerja di salah satu taman air di daerah Cibubur ini, ada logonya di T-Shirt yang mereka kenakan. Sebentar kemudian masuk tiga perempuan SPG dari sebuah mal besar di