Usaha dan Takdir (2)

Tentu saja semua dari kita punya harapan dan keinginan yang ingin dicapai. Entah itu kebaikan dalam rumah tangga, karir dan perjalan hidup, kesehatan dan rezeki yang berlimpah dan masih banyak lagi. Tapi hal itu tidak ujug-ujug datang dengan sendirinya, bukan? 

Kita harus melakukan sesuatu jika ingin mendapatkan sesuatu, ini adalah kaidah dasar. Kita harus berusaha mendapatkannya. Berjuang keras, tak kenal lelah. 

Nah, sejauh apa usaha kita untuk mendapatkan apa yang kita inginkan? Apakah sudah sepadan dengan harapan yang ingin diraih?

Menyambung tulisan tempo lalu tentang Usaha dan Takdir yang kubuka dengan prolog panjang lebar. Ternyata prolognya kepanjangan dan inti tulisannya malah belum tersampaikan. Xixi.

Jadi gini, tiap pencapaian yang didapat sejatinya adalah buah dari usaha yang dilakukan. Jadi apa yang kita dapatkan, takdir apa yang menyapa kita di depan sebenarnya sudah bisa kita prediksi dari seberapa kuat usaha kita. Iyess, semakin berdarah-darah usaha yang dilakukan tentu hasilnya akan semakin baik. Seyogyanya seperti itu, kan. 

Tapi ada, loh, yang sudah berusaha keras, jungkir balik sampe ga bisa balik jungkir lagi ...🫢 hasilnya ternyata ga sesuai harapan. Cemana nih? 

Sekali lagi, semua kembali kepada Sang Penentu, itu adalah bagian dari rahasia-Nya.  Mungkin Allah telah menyiapkan takdir lain yang lebih baik yang kita belum tahu. Tugas kita, hanya menerima. 

Gitu doang? 

Ya gimana dong ... meski kita menentang dan menolak keras, takdir itu sudah sampai. Ga bisa dihindari. Cuma bisa dihadapi. Nikmati, syukuri.

Lantas korelasi dengan dirimu apa, mak? 

Ya anu itu anu wkwkkkk. Ini ceritanya awalan buat cerita tentang perjuanganku untuk sampai di titik ini. Salah satu titik dari banyak titik-titik harapanku. Titik mana sih, mak? Titik Sandora. Kan kan jadi ketauan umur. Wkwkkkk. Serah dah serah.

Masa Kecil Twin

Tidak seperti si Sulung yang tinggal dengan neneknya semasa kecil--karena aku bekerja di ranah publik--twin ini pure tinggal bersama kami sejak baru lahir. Jadi dalam pengawasan penuh aku yang 'rela' resign tak lagi bekerja, untuk memperjuangkan tujuan jangka panjangku. Membentuk generasi mumpuni. 

Yupp, perjuangan dimulai dari sini untuk episode ke 2 ini. Setelah di awal, episode mencari partner mencipta penerus mumpuni. Wkwkwkk. 

Setelah aku resign, kami memutuskan untuk membeli rumah yang tak jauh jaraknya dari rumah orang tua. Kami pindah dan menetap bersama keluarga kecilku. Aku, paksu dan twin, minus Ozan yang ga mau ikut pindah. Dia lebih memilih tinggal bareng emakku. Gapapa lah, selama masih bisa terpantau kami pun mengizinkannya. 

Singkat cerita, hidup dengan dua bayi perempuan kembar tanpa asisten rumah tangga itu super nano-nano rasanya. Beneran penuh warna ternyata hidupku, sampe ga bisa bedain warna hepi dan kalut. Wkwkk. Aku yang tak pernah mengurus bayi, tak pernah ke dapur tak pernah mencuci, kini harus dihadapkan dengan semua itu plus bayinya kembar pula. Cemana perasaanmu? 

Fyi, selama aku bekerja dulu, kami tinggal bersama orang tua jadi memang aku tidak pernah mengerjakan pekerjaan rumah tangga, dan mengurus bayi Ozan itu menjadi urusan emakku. Aku? Cuma kerja, tidur, makan dan healing. Enak betulll. Iya beneran begitu. Sampe aku oindah rumah baru deh merasa menyesal banget kenapa kemarin ga concern urusan anak dan rumah tangga. 

Lalu kemahiran membuat kue dan masakan yang enak-enak itu datang dari mana? Dari kegabutanku setelah twin semakin besar dan bisa diatur. Sebuah masa eksplorasi yang panjang dengan beragam aktivitas kuciptakan untuk mereka agar kami bertiga betah di rumah. Hahaha se-random itu memang. Dokumentasinya banyak bertebaran di akun media sosialku baik fb maupun instagram. Feel free buat diintip ya mak. 

Waktu usia balita twin aku jejali dengan banyak buku, buku cerita, buka bantal ,buku besar yang beneran besar juga dia temenan. Dan tentu saja buku karangan emaknya dong. Bisa dicari market place ya, 105 Pertanyaan Anak Tentang Allah dan Islam karya Zya Verani dari Penerbit Al Kautsar. 

Buku yang kutulis berdasarkan pengalamanku membersamai twin dengan banyak tanyanya. Rasa ingin tahu yang besar, kepo luar biasa dan ingin mencoba banyak hal--dari mereka itu adalah inspirasi awal penulisan buku ini. Cuss di ceckout ya gaes. Thank you. 

Masa tk dan sd twin aku isi dengan banyak kegiatan akademik dan alam. Hal ini bertujuan untuk mebentuk karakternya. Selain di sekolah tentu saja aku sibukkan mereka dengan belajar di rumah juga. Sebelum masuk tk twin sudah majir membaca dan berhitung. Belakangan kusesali, karena itu sangan memudahkan guru tk yang mengajar mereka berdua haha. 

Masa itu aku masih banyak pekerjaan berkenaan dengan hobiku menulis. Saat ada acara kepenulisan yang kuhadiri mereka selalu kubawa serta. Tidak heran kalo dia juga mewarisi keahlian menulisku dan sudah menulis buku juga. Nanti di next post kita sambung lagi. 

Tetap semangaaat. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Awali Hari dengan Sarapan Bergizi

13 Bom Di Jakarta Siap Memacu Adrenalinmu

Ini Dia 7 Keuntungan dari Hobi Memasak