Memaknai Hidup Dan Ujiannya
Ujianmu apa?
Pertanyaan yang akhir-akhir ini sering dilontarkan kepada kami.
Mungkin karena terkesan hidup kami terlihat baik-baik saja. Semua enak, nikmat bagus, hidup senang tak kurang sesuatu apa.
Alhamdulillah jika demikian adanya. Berarti pencitraan kami berhasil, haha #eh.
Padahal tidak sesederhana itu, kawan. Bagaimana kita menyikapi hidup itu kuncinya. Hidup senang atau pun susah, tetap semua ada ujiannya.
Masa, sih, hidup adem ayem aja, ga asik, dong, wkwkwkk.
Memaknai Hidup Dalam Islam
Hidup adalah anugerah. Itu dulu yang harus dipahami.
Kita harus bersyukur karena Allah memberikan kesempatan kepada kita untuk menikmati indahnya dunia. Tentu saja. Kita bersyukur karena menjadi hamba pilihan-Nya yang dihidupkan. Bukankah kita tidak pernah meminta untuk hadir di dunia ini? Eh, ternyata kita hidup, loh, di dunia yang serba asik ini tanpa kita memintanya. Ucapkan dulu alhamdulillah.
Perkara hidup itu enak atau susah tergantung cara kita memaknainya. Memaknai hidup itu apa, sih? Kenapa berat sekali bahasan kali ini, Mak?
Memaknai hidup dalam Islam berarti menjalani kehidupan dengan tujuan utama yakni beribadah dan mencari ridha Allah SWT. Tanamkan dalam diri bahwa hidup kita ini untuk ibadah, dalam setiap aspek kehidupan, serta memahami bahwa hidup ini adalah ujian, hidup di dunia hanya sementara dan kehidupan akhirat adalah tujuan yang kekal. Hal ini diwujudkan dengan menjadi hamba dan khalifah Allah di muka bumi, membangun ilmu dan peradaban, berbuat kebaikan, serta mempersiapkan diri untuk kehidupan abadi di akhirat kelak.
Duhhh, Mak ... makin beradddd aja bahasannya.
Mari kita serius dulu sebentar manteman. Ben seimbang isi blog ini, ada dunia ada juga akhiratnya, ye kaan. :D
Hidup Adalah Ibadah
Hidup kita di dunia menentukan bagaimana kehidupan kita di akhirat nanti. Karenanya luruskan niat hidup kita hanya untuk beribadah kepada Allah. Karena tujuan hidup kita adalah untuk beribadah maka kita tidak akan melenceng ke mana-mana bukan, tujuan cuma satu, yakni akhirat.
Makna hidup sebagai ibadah adalah pagar segala aktivitas kita di dunia. Mau gimana kek, ngapain kek, kemana kek, sama siapa kek, semua harus sesuai syariat. Karena aturan hidup kita pun jelas. Semua panduan hidup kita ada dalam al-qur'an. Jangan memakai kiblat yang lain, tidak ikut-ikutan yang lain. Tidak mencoba paham lain, yang akhirnya kita tidak tahu ke mana tujuannya.
Kita juga harus mencari circle yang sama sekufu dalam menikmati hidup ini, agar hidup kita lebih bermakna. Cari teman yang mempunyai tujuan sama, tidak membuang banyak waktu, rajin beribadah, menggunakan waktu hidup untuk ibadah. Pertahankan pertemanan dengan vibes demikian.
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku." (QS. Adz Dzaariyaat:56)
Makna hidup untuk beribadah ini tentu saja termasuk semua ibadah yang benar, bukan hanya salat, zakat, puasa dan haji saja. Tetapi semua aspek dalam kehidupan kita harus diniatkan untuk ibadah. Berinteraksi dengan sesama adalah ibadah, bermain adalah ibadah, belajar pun ibadah, apalagi bersedekah. Tentu saja semua dibalut dengan niat tulus dan ikhlas untuk Allah bukan untuk yang lainnya, apalagi pamer.
Baca juga : Rajin Berusaha Menuju Sejahtera
Hidup Adalah Ujian
Nah, ini yang orang tidak sadar bahwa hidup itu sendiri adalah ujian. Kita tidak bisa mengetahui di mana ujian hidup saat merasa hidup baik-baik saja. Hidup sendiri sedang diuji pun tidak tahu apalagi melihat ujian hidup orang lain.
Sejatinya hidup itu sendiri adalah ujian. Hidup senang, ujiannya adalah apakah kita pandai bersyukur? Hidup susah, ujiannya apakah kita mampu bersabar?
Semua bentuk ujian dapat kita pahami begitu kita mampu memaknai hidup sebagai ujian. Merasa hidup baik-baik saja, semua kenikmatan sudah diraih, bahkan orang melihat kita bahagia lahir batin.
Sejatinya kebahagiaan itulah ujiannya. Bagaimana cara kita menikmati kebahagiaan itu, bersyukur atau cuma rajin dipamerin aja? Bagaimana kita mempertahankannya, memupuknya dengan berbagi cara meraihnya atau hanya menceritakannya ke semua orang?
"(ALLAH) yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun." (QS. Al.Mulk: 2)
Tidak ada orang yang tidak diuji. Itu karena kita tidak melihat ujiannya. Tiap orang mendapatkan ujian yang berbeda-beda, sesuai dengan kemampuannya. Sejauh mana kita bersyukur dan bersabar menghadapinya itu yang akan menentukan kita jadi pemenang atau tidak.
Tidak membandingkan hidup kita dengan hidup orang lain adalah cara terbaik memaknai hidup. Bersyukur dengan kehidupan yang sekarang adalah kunci kebahagiaan kita.
Baca juga : Bersyukur Untuk Bahagia
Hidup di Dunia Sementara
Banyak dari kita yang berangan-angan mendapatkan kehidupan dunia yang indah dan enak-enak, sedangkan dunia hanyalah tempat persinggahan sementara.
Bukankah kita sering mendengar di kajian-kajian bahwa sebagai seorang yang beriman, kita seharusnya hidup di dunia seperti musafir yang sedang menyiapkan bekal untuk bepergian. Siapkan bekal sebanyak-banyaknya karena kita akan menempuh perjalanan yang panjang yaitu akhirat.
Rasulullah bersabda,
"Apa urusanku dengan dunia? Tidaklah aku di dunia ini kecuali hanyalah seperti musafir yang bernaung di bawah pohon lalu pergi meninggalkannya". (HR. Tirmidzi).
Jika hidup ini adalah sementara, maka perlu kesungguhan (ihsan) dalam beramal. Tidak ada lagi santai, mengandai-andai, panjang angan-angan apalagi malas karena kita tidak hidup untuk selamanya. Bukan waktunya kepo dengan urusan orang lain, mengurusi hidup orang lain, bahkan mencari-cari kesalahan orang lain. Bergeraklah sekarang, bertindaklah sekarang, dan berlomba-lombalah dalam kebaikan. Fokus dengan kehidupan kita sendiri, yuk, bisa, yuk.
Dalam al-qur'an Allah berfirman, "Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal." (Qs. Al Mu'min : 39)
Kehidupan di Akhirat Lebih Baik dibanding Kehidupan di Dunia
Dalam QS Ali ‘Imran ayat 14, Allah berfirman,
"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)."
Nabi Muhammad saw. bersabda,
"Perbandingan antara dunia dan akhirat itu seperti seseorang mencelupkan jarinya ke dalam lautan. Air yang di jari tersebut adalah dunia, sedangkan lautan adalah akhirat." (HR Muslim, no. 2858).
Hadis ini menggambarkan bahwa dunia sangat kecil dan singkat dibandingkan dengan akhirat yang begitu besar dan abadi.
Dunia hanya sementara, sedangkan akhirat adalah kehidupan yang kekal. Di dunia, segala sesuatu ada akhirnya, tetapi di akhirat, tidak ada batas waktu. Kenikmatan dunia hanya sementara dan sering kali membuat manusia lalai. Sementara kenikmatan di akhirat abadi dan lebih besar daripada apa pun yang ada di dunia.
Di dunia, manusia bebas untuk melakukan apa saja. Namun, di akhirat, semua perbuatan di dunia itu akan diperhitungkan. Kebaikan akan mendapat pahala, sedangkan keburukan akan mendapat hukuman, kecuali jika Allah Swt. mengampuni.
Memaknai Ujian Hidup
Bagaimana, apakah masih sempat memikirkan ujian orang lain?
Bertanya tentang caranya keluar dari ujiannya itu boleh-boleh saja, kok.
Ada yang menyebutkan jangan mengukur kakimu di sepatu orang lain, ungkapan ini ada benarnya juga. Tapi mungkin lebih tepatnya kita gunakan analogi membeli baju baru.
Masing-masing kita bisa punya baju yang berbeda tapi amat sangat bisa juga membeli baju baru yang sama, ukuran dan modelnya sama karena mungkin selera kita sama. Tapi kok, rasanya dipakai di badannya terlihat lebih anggun dan elegant, ya. Kenapa di badan kita sendiri tidak enak, padahal bajunya sama.
Boleh kok, tanya bajunya diapain ... kok bisa jadi pas dipakainya enak, dipandangnya cantik? Boleh minta tipsnya juga.
Jika yang ditanya baik hati tentu ia akan memberikan tips rahasianya.
Mungkin saja bajunya yang awalnya kegedean, dia bawa ke tukang jahit untuk dipermak, mungkin saja bajunya dicuci dulu sebelum dipakai sehingga tidak menyebabkan gatal-gatal. Mungkin juga setelah dicuci lalu disetrika dan dipakaikan pewangi agar harum semerbak. Dan jawaban kemungkinan-kemungkinan lainnya.
Ujian boleh sama tapi cara memaknai ujiannya yang terkadang berbeda-beda. Ujian beda-beda pun bisa dimaknai dengan cara yang sama agar kita bisa merasakan nikmatnya hidup di dunia bersama-sama. Tidak ada iri dengki, dan hal buruk lainnya.
Mari persiapkan bekal kita untuk akhirat yang abadi. Dunia adalah tempat untuk beramal kebaikan, sementara akhirat adalah tempat pengadilan, di mana tidak ada lagi kesempatan untuk beramal. Apa yang telah kita lakukan di dunia akan menentukan nasib kita di akhirat.
Semangaat, yuk, memperbaiki diri. Bismillah.
Komentar
Posting Komentar