Usaha dan Takdir


"Sekarang kayaknya kurang produktif, ya?"

"Kenapa emang?" 

"Ga pernah lihat karya lu lagi,"

"Ooh itu. Aku lagi nyiapin karya besar."

"Apaan?" 

"Anak anakku."

~~~~~

Akhirnya ada sentilan yang cukup membuatku tergerak untuk menuliskan sesuatu di blog ini lagi. Yupp, blog ini lama ga di-update, dan ga produktif adalah alasan yang sering kupakai untuk berlindung dari kata 'malas'. Huhu ....

Aku tidak sepenuhnya menyangkal, tapi juga tidak langsung membenarkannya. Tapi tah hal itu mungkin benar adanya. Tapi lagi ... aku sudah tidak berkarya bukan berarti 'ga ngapa-ngapain' wkwkkk enak sekali hidup kalo ga harus ngapa-ngapain tapi bisa hidup, ya #eh. 

Kesibukan di dunia nyata tentu adalah alasan pas yang paling bisa kuutarakan. Seperti yang banyak orang tahu, aku punya bimbingan belajar kecil-kecilan yang concern ke pendidikan anak usia SD. Lumayan menikmati dan 'menyita waktu' karena memang seharian aku berkutat dengan anak-anak, dari Senin - Jumat full. Sabtu Ahad? Istirahat. Aslinya sih refreshing, healing, dan emang beneran ga ngapa-ngapain. Padahal ya banyak sekali pengalaman, aksi, kejadian sekeliling, tempat-tempat keren, dan banyak momen asik yang bisa jadi tabungan tulisan yang bisa diabadikan di sini. Cuma untuk meramunya, malas. Klasik emang. Ga usah dibahas panjang, wkwkk. 

Tenang, aku tidak sedang benar-benar tidur, kok. 

Berlindung di balik kata 'produktif'

Jika banyak karya menjadi tolok ukur sebuah keberhasilan. Maka boleh dong anak-anakku yang sekarang masuk itebe itu disebut sebagai karya besarku (tentu saja dengan izin Allah).

Maha karya yang kupersiapkan dengan sepenuh hati. Tentu akan akan selalu kurawat dan kupupuk dengan segenap jiwa. Dengan harapan bisa menjadi contoh untuk orang lain. MasyaAllah tabarakallah. 

Wuihhh kerreeeeen ...

Kok bisa?

Perasaan emaknya B aja.

Perasaan lu doang kaleeee wkwkkwkk

Nah, bagaimana prosesnya? Penasaran, kan.

Oh, ga. Yaudah ga jadi nulis. 

------zzzz------

Aku juga bingung harus menuliskannya dari mana. Agak lebay memang jika kutulis cita-citaku mempunyai keturunan mumpuni itu ada sejak aku belum menikah. Hahaha. 

Yup, salah satu motivasi kita --saya--saat menikah itu adalah punya penerus yang lebih baik. Ga muluk-muluk, tapi itu impian terbesar yang bahkan mungkin sudah tertanam sejak dahulu kala. Saat aku merasa gagal, saat aku merasa ga mampu, saat aku hanya bisa sampai di garis target yang masih jauh dari yang kuharapkan. Dalam hati aku selalu mengatakan, "anakku nanti harus bisa melakukannya, anakku nanti pasti bisa mendapatkannya, anakku nanti yang akan menyelesaikannya." 

Visioner syekalih anda, buu ... beban anakmu nanti sungguh beraddd, padahal anda belum menikah, bahkan calonnya pun belum ada, tapi target dah setinggi gunung, wkwkkk. 

Skip aja skip kalo udah mulai mual. 

Eittt, jangan ketawa dulu. Afirmasi positif itu harus terus didengungkan, yekan? Dan ...

Booom!! 

Voila dengan izin-Nya. Berhasil? 

Belum lah, masa cepet bener, kan harus berliku-liku hidup tuh. Kalo ga naik turun, berasa kurang warna hidup ini, loh. 

InsyaAllah, saat seperti itu akan selalu kunantikan momen itu. Saat yang selalu aku betikkan dalam hati meski aku belum menikah. Hahaha, iya emang lebay, ga disangka kan? Kenapa jauh kali pikiranmu mak dulu tuh? Entah.

Bayangkan ... udah belum bayanginnya? 

Aku menyiapkan mereka sejak dari kandungan. Dan aku setia menemani mereka bertumbuh, dan esok siap memanennya di masa depan yang semoga gemilang. Afirmasi positif ini selalu kudengungkan dalam dada. Bahwa anakku akan jadi 'orang' suatu saat nanti. Bismillah. 

Btw, tentu untuk mencapainya kamu tidak sendiri. Aku juga. Kita butuh partner dong. Gimana mau punya anak kalo ga punya pasangan, Munaroh? Iye iye. 

Visi pencarian suami pun dimulai. Btw, ini kisahnya ga kalah epic loh, pankapan aye ceritain. 

Suami adalah teman seperjuangan dalam menyiapkan generasi emas kita, kita harus satu visi dan misi tah. Makanya, sejak baru niat menikah, saat belum kenal sesiapapun, aku berdoa supaya dipertemukan dengan partner 'segila' aku juga. Ben nyambung dong. 

Berhasil dapat? InsyaAllah. 

Yang datang tipe kalem, njawani, penuh rencana pasti, tidak grasak grusuk sepertiku. Hahaha, apakah setipe? 

Kita tidak bisa memaksakan keinginan, tapi aku yakin Allah memberikan beliau sebagai takdir terbaikku. Kelak aku tidak akan menyesal dipertemukan dengan beliau. Pasti dong. Lihat saja sekarang. Kalo bukana dengan beliau ga mungkin ada tiga permata hati yang amazing itu. Haha.

Dan yang pasti ini jalanku memenuhi target 'mencipta penerus mumpuni'. Semoga beliau tidak membaca post blogku yg ini, ya. Jangan ya paksu, jangan dah, wkwkkk. 

Tiga Pilar Keberhasilan 

Bismillah, inilah ladang pahala kami. 


Rauzan Fikri, si sulung yang saat ini berusia 22 tahun, sudah bekerja alhamdulillah. Lulusan sarjana tehnik kimia yang kimia banget. Saking cintanya pada kimia, saat ini ia pun bekerja sebagai peracik bahan kimia untuk peledak. Ssst... iyes beneran jadi ilmuan die di sonoh. Yang lain pasti sudah familiar dengan dia kan.

Si Ozan ini dulu sering sekali menjadi project emaknya dalam usaha berbangga dengan tetangga sekitar. Sampe anak tetangga ga aman dari omelan emaknya, wkwkkwkk. Bisa di scroll ke bawah cerita tentang si anak akselerasi ini yang sukses menamatkan kuliah saat usianya baru 20 tahun kemarin. Lanjut S2 jangan dulu, cari pengalaman dulu mumpung dah ada yang nungguin kamu untuk ngajak gabung, kerja aja dulu. Sambil nyari beasiswa yes. Wkwkwkkk parah bener emaknya. Bagen. Next,

And here we goooo ...

Duo bintang kita pekan ini, bulan ini, tahun ini dan tahun-tahun mendatang. Timeline, feed, sw, dsb akan penuh dengan ocehanku tentang mereka berdua. 

Sekali lagi, skip aja kalo butuh kresek, ya. 

Sambut dong dengan suka hati ... our beloved twin. 

Azima Zahra dan Aghnia Zahra. Duo kembar yang berhasil menapaki awal masa depan di itebe, masyaAllah tabarakallah. Mulai kali ini aku akan selalu update tentang mereka. Persiapan dan aksi apa saja yang kami lakukan untuk membawa mereka ke titik ini. Akan kucicil nanti. Silakan bertanya banyak hal mengenai perjuangan mereka yang berdarah-darah, insyaAllah aku akan share di next post

Mari bersamai mereka, aku akan membagikan tiap pencapaiannya, boleh, kan? 

Ini semata hanya untuk merayakan dan membagikan keberhasilan, bukan untuk yang lain. Bismillaah, semoga Allah meluruskan niat kami untuk berbagi pengalaman yang hanya secuil ini. 

Jika diantara kalian ada yang menilai berbeda. Berarti persepsi kamu beda denganku, dan itu bukan urusanku. Haha. Feel free untuk tidak kembali ke sini ya gaes. 

Etapi, kami juga akan bercerita tentang berapa banyak kegagalan yang kami alami. Sungguh pencapaian saat ini dibangun dari banyak kegagalan yang saking banyaknya kami bahkan telah berkawan baik dengan yang namanya kegagalan. 

Mari menapaki takdir masing-masing tak perlu repot mengurusi jalan kami, karena penunjuk jalan kami hanya Yang Maha Tahu Segalanya. 

Tapi bukan berarti kami tidak menerima masukan ya, kami terbuka kok untuk berdiskusi bahkan menerima sponsor, haha. 

Allahumma baariik.

Bismillaah, tetap semangaaat. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Awali Hari dengan Sarapan Bergizi

13 Bom Di Jakarta Siap Memacu Adrenalinmu

Ini Dia 7 Keuntungan dari Hobi Memasak