Kembar Tapi Berbeda? Kenapa Tidak

 


Biasanya anak kembar itu selalu bersama, apa-apa harus sama, punya kebiasaan yang sama dan kesukaan yang sama, semua hal harus sama. Apa benar begitu? 

Yang sering kita lihat kebanyakan ya seperti itu. Kembar identik atau pun tidak, segalanya pasti sama. Karena, lingkungan yang membentuk mereka. Siapa pun melihat mereka adalah satu kesatuan. Jadi harus sama. Padahal tidak. Nyatanya mereka dua makhluk hidup, meski sama tapi pasti ada yang berbeda. Dan yang paling tidak bisa dipungkiri tapi orang gagal memahami, bahwa mereka adalah dua pribadi yang berbeda. 

Kenapa kembar harus sama? 

Aku sebenarnya sering memikirkan hal ini. Kenapa harus disamain? Kenapa semua harus sama. Apa karena kembar alias sama dari lahir jadi hidupnya pun diatur harus sama? 

Awalnya aku mengikuti arus juga. Karena saking senangnya punya anak kembar, perempuan pula. Jadi bisa bereksperimen 'mengolah' dan mendandani mereka. Baju dan sepatu sama, tas dan tata rambut sama, hingga aksesories sama. Kelihatan cantik dan lucu. Aku puas dan mereka pun terlihat hepi. 

Tapi rupanya aku lupa, mereka bukan satu kesatuan, mereka bukan setengah ditambah setengah jadi satu, tapi mereka masing-masing adalah satu. Sama seperti kita, mereka pun punya kesukaan sendiri, minat sendiri,  makanan dan minuman favorit sendiri bahkan gaya berpakaian yang berbeda satu sama lain. Dan jangan dilupakan, mereka pun punya pendapat masing-masing. 

Twin identik (awal) semua serba sama dari ujung kaki hingga ujung rambut, lihat perbedaan mereka dari waktu ke waktu.

Pribadi yang berbeda

Waktu kecil, usia 0-3 tahun si kembar ini masih enjoy saja diberi sesuatu yang sama. Aku juga merasa lebih mudah mengontrol karena mereka tidak akan rebutan saat diberikan mainan dan atau cemilan yang sama. 

Tapi, lama kelamaan mereka menyadari ada sesuatu yang lain selain dari rupa dan warna dari hal-hal yang ada dalam genggaman mereka. Mereka melihat bentuk dan warna yang berbeda, mereka juga tahu makanan dan minuman yang lain. Selain apa-apa yang kuberikan. 

Hal ini terjadi saat usia 3-8 tahun, saat aku intens mengeksplorasi minat mereka. Kubawa mereka ke toko buku, pasar, mal, tempat bermain, bahkan berkemah. Dan di sana aku baru menyadari bahwa si kembar ini menemukan banyak hal baru yang tidak hanya seputar dari apa yang emaknya berikan. Referensinya  bertambah dan isi perpustakaan otaknya pun meluap.  

Twin usia 3 tahun bersama sang kakak

Mereka mulai menentukan pilihan yang berbeda. Warna kesukaan berbeda; ungu dan merah muda. Jenis bacaan berbeda;  pertualangan dan fantasi. Feminim dan sedikit tomboi. Ada yang alergi makanan dan ada yang tidak. Bahkan semakin menuju dewasa sekarang ini, ada yang suka pakai rok, ada yang lebih nyaman bercelana longgar. 

Kok bisa? 

Ya bisa. 

Karena mereka memang beda orang. Ada dua anak perempuan di rumahku yang kebetulan mereka lahir barengan. Itu saja yang sama, cuma tanggal lahir, tapi semua bisa saja berbeda. Pribadi yang berbeda. Terima ini dulu. Mestinya. 

Baca juga : Tips Menemukan Hobi Anak


Awalnya aku tidak menyadari, malah menolak perubahan itu. Aku masih 'memaksa' hal yang sama padahal udah kelihatan itu mereka memilih sendiri hal yang berbeda. Karena alasan simpel: mereka kelihatan lucu kalo didandanin sama. Kalo orang lihat dan suka, aku merasa bangga. Astaghfirullaah ... ada yang merasakan hal yang sama sepertiku wahai emak punya anak kembar? Kuy, istighfar barengan. 

Oke, aku sadar ....

Aku punya dua anak, kenapa jadi kayak rasa satu anak. Bukannya hepi dan bersyukur punya wadah eksplorasi yang berbeda kok malah dikekang dan mengurangi? Betapa dodolnya aku kala itu. 

Mulai menunjukkan selera yang berbeda. Tidak mau lagi memakai baju yang sama warnanya. Model bisa saja sama tapi warna akan berbeda. 

Mengubah gaya parenting 

Betapa keren subjudulnya ye kaan. Tapi itu yang kulakukan setelah mereka memasuki jenjang sekolah yang lebih tinggi. 

Masih ingat tujuanku terhadap anak-anakku? Yup, mencipta generasi mumpuni. Ini yang harus dijadikan pijakan awal. Ubah mindset. Anakmu ada dua perempuan, bukan satu. Buat board masing-masing perubahan dan pencapaian mereka. 

Usia SD, 6-12 tahun adalah masa eksplorasi semua bakat dan minat. Twin berada pada masa emasnya. Mereka menikmati saat-saat sekolah dengan berjalan kaki, diantar, pergi sendiri hingga mandiri. Mereka menikmati masa ikut segala macam lomba: calistung, menggambar, public speaking, hingga menulis cerita, dll. Menjelajah setiap tempat yang akan meninggalkan banyak memori indah untuknya kelak; perpustakaan, museum, balai kota, pasar, rumah sakit, gunung, pantai hingga lautan lepas. Mencatat kejadian yang ditemui dan menjadikannya jurnal istimewa. Yang aku sendiri tidak menyangka mereka berhasil meramu dengan sangat baik. 

Masa masa indah di SMP

Duo bocil itu bertransformasi menjadi duo gadis


Kalian tahu apa yang kurasakan? Takjub, bersyukur. MasyaAllah, twin menunjukkan kemajuan yang pesat sekali. In fact mereka masih satu sekolah.  

Twin memasuki masa remaja 

Saat usia SMP, twin masih bersama. Ada niat memisahkan sekolah tapi kami berpikir masih repot dan jika dilepas sendiri kemungkinan kami akan kewalahan mengantar jemput keduanya. Pilihan sekolah jatuh ke SMP PGRI Tambun Selatan. Alasannya bukan karena fasilitas tapi lebih ke jaraknya yang tidak terlalu jauh. 

Saat di SMP mereka berada dalam satu kelas unggulan. Banyak mengeksplorasi bakat juga, lebih fleksibel, dan bersaing ketat. Ini yang sangat terlihat. Keduanya saling berkejaran dalam prestasi. Dan aku pun menyadari saatnya mereka dipisah sekolahnya, agar lebih berkembang dan tidak saling bersaing satu sama lain. 

Begitu memasuki SMA, akhirnya mereka beneran pisah. Bukan karena ingin dipisah tapi lebih ke sistem SPMB yang akhirnya memisahkan mereka. Twin beda SMA. Awalnya kewalahan antar jemput, materi belajar yang juga berbeda; karena satu sudah memakai Kurikulum Merdeka, sedangkan satunya masih Kurtilas, kurikulum tiga belas. Tapi ternyata banyak sisi positif yang didapat. Mereka bisa saling bertukar materi belajar, berdiskusi, ikut lomba yang sama, dan plot twist-nya bisa juara barengan. 

Baca juga : Twin dan Bahasa Jepang


Twin berbusana senada dengan adeknya baby Shaki almh. 

Twin saat ini 

Saat ini mereka memasuki pra usia dewasa yang nantinya akan menghadapi usia matang. Harus sudah pandai mengambil keputusan sendiri. Keputusan bulat yang diyakininya, lalu didiskusikan dengan kami, kami menyetujui dengan mempertimbangkan dan kroscek banyak hal. Lalu mereka yang menjalani. 

Saat ini twin kembali bersama dalam satu kampus, menempuh pendidikan di fakultas yang sama, FMIPA ITB. Minat pada jurusan yang sama KIMIA. Semoga Aghnia bisa masuk ke jurusan itu, Azima sudah langsung masuk nanti karena sudah ada peminatan sejak SNBP kemarin. 

Apakah mereka satu kost? Tidak. Satu kamar? Tidak, karena beda tempat tinggal juga. InsyaAllah akan tinggal di asrama ITB, beda kamar tapi masih satu gedung. Nanti akan kuupdate soal tempat tinggal ini. 

Mari kita nantikan banyak cerita dari mereka. Semoga selalu ceria, hepi, sejahtera, penuh warna dan banyak hikmah. Aamiin ya Rabbal'alaamiin. 

Azima, Rauzan, Aghnia



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Awali Hari dengan Sarapan Bergizi

13 Bom Di Jakarta Siap Memacu Adrenalinmu