Pastikan 5 Hal ini Diberikan Kepada Anak Kita


Melihat pencapaian anak-anak hingga saat ini, kami sangat bersyukur. Alhamdulillah Allah melimpahkan karunia yang tak terhingga ini kepada kami. 
Semua keberhasilan ini tak luput dari takdir-Nya. 

Apa yang terjadi kepada kita sesungguhnya telah Allah takdirkan, tidak ada yang ujug-ujug hadir begitu saja. Semua sudah digariskan. 

Timbul banyak pertanyaan random saat aku mulai update pencapaian anak-anak.   

Tirakatnya apa ya Ibu? 

Ada amalan khusus mungkin, Bu?

Anak-anaknya dikasih makan apa ya, Bu?

Kok takdirnya cakep ya, rahasianya apa, Bu?

Bagaimana bisa mendapat takdir yang sedemikian?

Wallahu'alam. Perkara takdir sesungguhnya adalah rahasia-Nya. Tapi kita bisa mengusahakannya. Berdoa supaya diberikan takdir yang baik, bahagia, mudah, dan tidak dipersulit. 

Tapi meski demikian, jika kita merasa kok takdir gw ribet melulu ya, ga ada seneng-senengnya? 

Istighfar ya, mak. Kembali lagi ... ke Pengatur Segala adalah Allah. DIA yang paling tahu mana yang terbaik untuk kita. Bukan kita. Tugas kita adalah menerima dan menjalani. Nikmati dan peluk semua takdir itu dengan bahagia.


Warisan apa yang kau tinggalkan kelak yang akan menolongmu diakhirat? 

Bukan harta berlimpah, bukan juga sawah membentang, apalagi rumah mewah dan kendaraan berderet. Lantas apa? 

Ilmu yang bermanfaat, sodaqoh jariyah, dan anak yang saleh. 

Mungkin kita tidak sekolah tinggi, ilmu pun hanya sedikit, mengajari orang lain pun tidak pede. Mungkin kita juga jarang berinfak dan berbagi pada sesama karena keterbatasan harta. 

Tapi kita punya anak, keturunan kita. Mari ciptakan keturunan yang saleh salehah. Berbakti kepada orang tua, agama, bangsa dana negaranya.


Jemput Takdir Baikmu

Bagaimana usahamu untuk menjemput takdir baikmu? 

Mari kita afirmasi bersama. Aku jemput takdir baikku dengan usaha yang baik pula. Dengan alat dan bekal yang baik, urutan dan proses yang dilakukan juga baik, akhirnya takdir baikku akan selalu menghampiri. Bismillaah. 

Apa saja amunisimu dalam membentuk anak-anakmu seperti sekarang ini? 

Masih ingat goal terbesar dalam hidupku? Yupp. Aku bertekad membentuk generasi mumpuni. Mumpuni dalam hal apa? Mumpuni dalam akhlak, ilmu dan amal. 

Tentu banyak persiapan dan bekal yang dipersiapkan. Apa saja? 

Bekalku tidak banyak, cuma 5 hal. 


Bacaan positif 

Di rumah kami tiap sudutnya ada buku bacaan. Di ruang tamu, lemari pajangan, ruang tengah, dapur, kamar masing-masing pasti ada buku. Kalo kamar mandi kami luas, pasti ada buku juga di sana. Ada ide mau bikin kamar mandi tingkat dua, tapi malah diketawain wkwkwkk.

Ada bae si gebrakan lu, mpok.  

Kami sekeluarga semuanya suka baca. Jadi budaya baca sudah ada sejak anak-anak belum lahir. Aku senang membaca karena suka menulis. Membaca adalah bekal utamaku dalam menulis. Jika tidak membaca, tulisan tidak ada isinya. Isi apaan mpok? Kadang sayuran kadang oncom, wkwkkkk itu mah lontong. 

Saat dalam kandungan, anak-anak sudah kubacakan buku cerita yang ringan. Beli saja buku lima ribuan, baca sambil duduk santai di depan rumah. Menunggu suami pulang. 

Baca juga: Cara Mengeratkan Bonding Orang Tua Dan Anak

Menjelang tidur, baca buku lagi. Sambil bersandar di ranjang, baca nyaring buku cerita yang memancing emosi untuk ikut merasakan. Saat hamil pun aku membaca dengan intonasi seperti mendongeng, dan membayangkan anakku sudah ada di sampingku. Dia mendengarkan antusias dan menyimak dengan penuh perhatian. 

Kegiatan ini bisa menurunkan stres pada ibu hamil, loh. Silakan dicoba.  

Saat mereka balita, berikan buku cerita yang banyak. Tentang pembentukan karakter, perbuatan sehari-hari, adab terhadap orang lain, ilmu ringan tentang warna, bentuk, kejadian sekitar dan banyak lagi. Buku bertema itu bejibun jumlahnya. Tidak harus baru, kita bisa membelinya di toko buku bekas, tukang loak atau dari lungsuran teman. 

Saat anak belum bisa membaca pun tetap kami berikan buku. Buku bantal yang lembut dengan gambar berwarna warni. Saat inj mulai banyak buku nonteks yang berisi hanya gambar-gambar yang bercerita. Kita bisa mendonlot gratis, coba dicari ya. Next akan saya update link-nya kalo dah ingat.

Saat anak mulai bisa membaca mengeja, boleh diberikan buku dengan sedikit teks. Dengan teks sederhana dan kalimat yang pendek-pendek. Masih lebih dominan gambar yang bercerita daripada teksnya. 

Usia ini menjadi titik awal anakku menjadi pecinta buku sejati. Agak keteteran juga meladeni permintaannya akan buku yang melonjak setiap bulannya. Ikuti saja selama dia baca semua bukunya. 

Tapi akan menjadi tragedi juga begitu mereka rebutan ingin lebih dulu membaca buku yang sama. Bagaimana solusinya? 

Berikan arahan positif tentang sifat mengalah, mengalah bukan kalah tapi itu sikap kesatria. Dan yang membaca lebih dulu tidak boleh speak up sampe luber-luber tentang bukunya, kalo tidak mau dicemberutin. Review yess, spoiler No. 

Berarti sekarang banyak dong stok buku anak yang bisa dilungsurkan? Dia bertanya dengan nada lemah yang dilembutkan. 

Mohon maaf sebagian buku sudah disumbangkan ke sekolah SD twin dan beberapa ke anak saudara. Masih banyak buku dan novel anak di rumah. Tapi untuk menemani anak les belajar membaca. 

Banyak cerita tentang buku, membaca, toko buku, buku pilihan dan semua hal tentang buku dana anak-anak. Semua meninggalkan banyak kenangan berarti.


Ruang produktif 

Selain menyediakan buku-buku positif untuk meningkatkan literasi anak, kita juga harus menyediakan ruang produktif untuk mereka. Sebaiknya memang ruangan yang benar-benar nyata sebagai ruang beraktivitas. Tapi karena rumah kami yang cuma seuprit, tidak ada ruang khusus untuk anak-anak beraktivitas. Alhasil, semua ruang menjadi lahan kreatifnya. Dalam artian kita tidak membatasi gerak mereka dalam berkarya, namun jangan kebablasan. Tapi juga kita berikan ruang privasi. Ada saat anak tidak mau diganggu dalam menulis. Tidak mau diintip saat menggambar. It's ok. Mengembangkan imajinasi itu butuh konsentrasi, katanya. 

Baca juga: Usaha dan Takdir

Seiring bertambahnya usia twin ... Memberikan ruang produktif ini juga berarti menyediakan, memfasilitasi kegiatan yang mereka sukai. Untuk mengembangkan skill menulis twin, aku mengikutsertakan mereka ke kelas menulis. Untuk meningkatkan kemahiran menggambar, aku memberikan alat dan bahan yang bagus, juga mempersilakan mereka mengikuti lomba menggambar. Untuk skill bahasa pun begitu, silakan mengeksplor sendiri dan ikuti lombanya. 

Bismillah semua yang dilakukan tidak akan sia-sia. Jika bukan sekarang, insyaAllah akan ada waktu yang tepat kapan kita akan memanen hasilnya. 

 

Rezeki yang halal

Ini mutlak harus. Tidak ada toleransi. Sekali kamu masukkan sesuatu yang tidak halal ke dalam tubuh anakmu, kamu akan menyesal. 

Kenapa sejak mereka kecil aku, selalu membiasakan mereka sarapan pagi? Sarapan dengan menu yang kuracik sendiri. Lengkap 4 sehat 5 sempurna. Tidak lain tidak bukan. Supaya mereka siap menghadapi hari, konsentrasi penuh, tidak loyo. Dan pastinya lebih hemat. Bahkan hingga SMA twin masih bawa bekal makan siang. 

Baca juga: Awali Hari Dengan Sarapan Bergizi

Kenapa repot-repot menyiapkan semuanya? Simpel. Karena kami memastikan apa yang mereka makan adalah makanan yang baik. Bukan sekadar sehat dan bergizi, tapi juga baik dan halal. Halalan Thoyyiban. 

Tubuh yang terbiasa menerima yang halal, akan langsung bereaksi jika 'kemasukan' yang lain. Sakit lah. Pusing lah. Mendadak mual lah. Dan sebagainya. Karenanya aku pastikan mereka tidak jajan sembarangan. Memasak aneka menu dan cemilan setiap hari adalah upaya agar generasiku sehat lahir batin. Haha. Lebay. Emang iya. 

Karena kami percaya generasi unggul itu harus unggul dalam segala hal. Keunggulan disiapkan sejak dini tidak datang ujug-ujug. 


Lingkungan yang kondusif 

Agak susah susah gampang nih. Gampang untuk orang yang punya dana lebih. Mereka tinggal cari tempat tinggal yang nyaman dan fasilitas lengkap. Dulu kami membayangkan lingkungan yang islami, tetangga saling sapa dan bantu membantu. Anak-anak bergembira bermain satu sama lain. Tapi ternyata susah. Dunia tidak seperti yang kita inginkan. 

Anak-anak di rumah kita ajarkan adab yang baik. Di sekolah, mereka bertemu teman lain yang karakternya hhmm, di rumah pun sama, anak tetangga ringan sekali berbicara kasar, membentak dan prilaku hhmm lainnya. Tentu kita tidak bisa selalu memantau anak-anak bermain dengan siapa. 

Tapi jika lingkungan sekitar kita membawa pengaruh yang buruk banget, mending pindah aja sih. Wkwkwkkk. 

Alhamdulillaahnya... Twin jarang keluar rumah, jarang bermain dengan anak tetangga, anak tetangga pun tidak ada yang main ke rumah. Pernah sesekali anak-anak tetangga main ke rumah, twin mengeluarkan beberapa buku bacaan untuk mereka baca bersama. Eh ladalaahh, buku-buku banyak yang sobek, lecek ga karuan, dicoret-coret dan banyak lagi yang aneh-aneh. Twin langsung terpotek hatinya. Dan sejak itu ia tidak mau lagi main dengan anak tetangga wkwkwkkkk. 

Teman sekolah bagaimana? 

Ada beberapa circle pertemanan yang twin miliki. Teman sehobi, beberapa teman SD, SMP dan SMA. 

Btw, jika lingkungan tidak mendukung. Ciptakan sendiri lingkungan yang kamu inginkan. 

Maka lahirlah Twin Smart Center. Apaan tuh? Pankapan diceritain. Wadahku bereksplorasi dengan anak-anak sekitar. Bismillah semoga langgeng. 


Berikan Teladan yang Baik

Anak kita adalah warisan kita kelak di dunia. Jika kita tiada, orang akan melihat apa yang kita tinggalkan. 
Kita mungkin tidak punya harta yang banyak, tidak banyak pula karya yang dihasilkan. Tapi kita meninggalkan anak-anak yang membanggakan, anak saleh salehah yang prestasinya diingat semua orang. Yang namanya digaungkan dan dijadikan contoh bagi anak-anak lain. MasyaAllah tabarakallah. 

Mari maksimalkan dalam mendidik anak kita, karena dialah investasi akhirat kita. Ladang amal kita, dalam membentuk pribadi takwa yang paripurna. Tuntunlah ia berakhlak mulia pada sesama, menghormati yang lebih tua, menyayangi yg lebih muda dan bakti pd orang tua. Beri teladan yang baik untuknya, beri makanan yang halal untuknya, ciptakan lingkungan yang bagus untuknya.

Semuanya adalah kewajiban kita, anak adalah tanggung jawab orang tua. Anak berakhlak buruk, siapa yang akan dilihat lebih dulu? Kita, orang tuanya. Tidakkah kita takut, kelak akan diminta pertanggungjawaban, kenapa anakmu bisa begini dan begitu. Sudah siapkah menjawabnya?

Ingat anakmu investasi akhiratmu, bagaimana nasibmu di akhirat, lihat anakmu sekarang.

Kita ingin anak yang mumpuni, unggul, taat, rendah hati, dan semua kebaikan ada padanya. Beri contoh dulu dong. Jangan asal pengen doang. 

Ingin anak pintar, tapi kita ortu yang lemot. 

Ingin anak cekatan, tapi kitanya malas. 

Ingin anak penurut, tapi orang tua kita minta ditengok hari ini, kita datangnya seminggu kemudian. 

Baca juga : Tips Menemukan Hobi Anak

Jadi gimana? 

Anak mencontoh sekitarnya, orang terdekatnya. Walaupun kita tidak merasa memberi contoh yang tidak baik, tapi anak merekam semuanya. 

Mau anak pintar, kita juga harus rajin belajar. Minimal bisa menjawab jika anak bertanya tentang pelajaran sekolah.  

Mau anak rajin, gercep, cekatan kalo disuruh ini itu. Ya kita ortunya juga kudu gercep. Salat tepat waktu, bisa dilakukan berjamaah di rumah. Setelah memasak, dapur segera dibersihkan, semua peralatan masak dicuci bersih. Jika dapur berantakan, wastafel penuh perabotan yang belum dicuci. Jangan heran anak pun malas cuci piring setelah makan. Tidak menjemur handuk setelah mandi. Tidak menyapu lantai jika tidak disuruh.

Baca juga: Tips Membersihkan Lap Dapur

Ajarkan dan contohkan penggunaan kata sakti; maaf, tolong, permisi dan terima kasih dengan benar. 

Karena ada beberapa kasus, anak yang mumpuni dalam belajar tapi tidak pandai meminta maaf dan enggan berterima kasih. 

Intinya kita harus menjadi teladan yang baik untuk anak-anak kita. Tidak memberikan contoh buruk di depan anak-anak. 

Update berkala informasi yang sekiranya anak butuhkan. Jangan sampai kita dibilangnya ortu kudet. Kurang update. 

Jika ingin generasi yang unggul, ortunya harus unggul duluan dong. Aseeekkk. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Awali Hari dengan Sarapan Bergizi

13 Bom Di Jakarta Siap Memacu Adrenalinmu