Me Time : Alternatif Kegiatan Emak Saat Anak Tak Ada di Rumah
Sudah hampir 5 bulan twin di Jatinangor, berpisah dari kami di Bekasi. Awalnya kami khawatir jika mereka akan sulit beradaptasi. Tapi nyatanya? Eh, malah kami yang sering merindukan twin.
Sebenarnya sudah kami mengira akan melepas anak 'hidup jauh' dari orang tua, saat mereka mengutarakan keinginan untuk melanjutkan pendidikan ke luar Bekasi. Malah si adek berencana menetap di Jogja. Sementara si kakak kekeuh mau di Bandung. Ealahhh qadarullaah, Allah menyatukan mereka di Bandung, alhamdulillaah emak ga perlu repot ke sana ke mari untuk berkunjung.
Bagaimana perasaannya anak tinggal jauh dari kita?
Awalnya B aja, karena sudah pede menyiapkan hati yang tegar. Dan berlindung dari kalimat, 'deket kok, cuma Bandung, cuma Jatinangor, 2 jam aja sampe,' kami kuat. Dikuat-kuatin. Haha.
Di awal-awal perkuliahan, banyak orang tua yang update progress anak-anak mereka.
Di WAG IOM ITB, sangat ramai memberikan informasi tentang apa saja berkenaan dengan mahasiswa dan lainnya. Tujuannya agar para orang tua yang jauh dan di luar pulau bisa mengikuti perkembangan anak mereka tanpa was was.
Banyak sekali cerita para orang tua tentang interaksi mereka dengan anak-anaknya. Dan cerita jika anak ITB akan susah dihubungi itu benar adanya. Wkwkwkk.
Di chat pagi, dijawab sore, di chat siang di jawab malam, di chat malam tidak akan dijawab. Haha.
Dan jika mereka menjawab, hanya dengan jawaban singkat saja, seperti: aman, ok, iya, siip. Di telepon pasti di-reject jika waktunya tidak pas. Sekalinya bisa video call mereka akan menampilkan dinding kamar atau suasana meja belajarnya dibanding wajah mereka sendiri.
Apalah lagi jika kami minta dikirimkan foto mereka, foto yang dikirim akan tampak belakang, atau cuma wajah yang ditutup.
Tapi emak-emak tidak pernah kehilangan akal, mereka saling berkirim foto yang didapat dan saling mencari anak-anak mereka di foto-foto tersebut.
Baca juga : Anak Adalah investasi
Rindu Tak Tertahankan
Seperti halnya emak-emak yang ditinggal anaknya ke pondok pesantren, begitu juga dengan emak-emak yang anaknya kuliah jauh. Cuma usia anak saja yang berbeda tapi rasa sepi dan jenuhnya sama dong. Apalagi jika semua anak tidak ada di rumah. Jadi hanya berdua dengan suami setiap hari. Yang kata orang 'kembali menjadi pengantin baru'... percayalah, itu hanya kata orang. Kesepian, jenuh, bosan, bingung dan ke-random-an semua rasa ada bertumpuk jadi satu.
Layaknya orang dengan banyak aktivitas, anak-anak adalah hiburan. Tempat diskusi random, bercanda, jalan bareng, haha hihi bareng dll. Bahkan, anak menjadi tempat berkeluh kesahpun bisa.
Tapi, ketika anak-anak tidak ada? Bagaimana?
Tentu saja kangen. Rindu. Rindu tak terbantahkan.
Tapi itu amat sangat bisa dipatahkan dengan sering berkunjung. Dua pekan sekali, sebulan sekali. Etapi ... lama-lama anaknya yang tidak mau ditengokin, karena mulai padatnya aktivitas perkuliahan dan kegiatan UKM. Jadi meski emak bapak datang berkunjung, anak tetap susah ditemui. Nasibbb.
Anak yang lain bagaimana?
Sulung kami sudah bekerja, di luar kota juga. Pulang hanya sesekali. Aktivitas liburnya saat ini lebih banyak diisi dengan hobinya, yakni naik gunung bersama teman-temannya. Yang mampir ke rumah hanya barang-barang hasil checkout di marketplace-nya. Haha.
Untuk menghidupkan dan meramaikan suasana yang sepi, apa yang dilakukan buibu?
Kalo saya, sebenarnya tidak sepi. Ada anak-anak les yang datang dan pergi setiap hari sesuai jadwalnya. Senin - Jumat. Ramai, dan ramai sekali. Sekitar 20-30 anak datang dan pulang, alhamdulillaah.
Sepi akan mulai terasa saat malam tiba. Juga weekend. Sabtu dan Minggu les libur agar saya bisa bersantai di rumah. Menikmati kesendirian. Berdua ding bersama bapake.
Baca juga : Pastikan 5 Hal Ini Diberikan Kepada Anak Kita
Jalan jalan sore
Setiap akhir pekan kadang saya dan suami motoran keliling Tambun. Awal pekan ke daerah Sumberjaya. Lalu gantian ke Cimuning dan sekitarnya. Jamrud hingga Setu. Sampai juga ke Jatiasih dan Pondok gede. Begitu seterusnya. Muter-muter aja. Wkwkkk.
Mampir mencicipi kuliner yang ditemui. Singgah sebentar di tempat rekreasi sederhana. Ngopi santai di warung kecil pinggir jalan.
Yang belum dilakukan, menyambangi rumah kawan yang mungkin daerahnya kami lewati. Semoga bisa kesampaian. Nantikan kunjungan gabut kami ya gaes ya. Haha.
Datang ke kajian
Bukannya hanya tubuh yang butuh asupan gizi, apalagi saat banyak pikiran dan hal-hal yang butuh banyak tenaga untuk dicari solusinya. Hati dan jiwa juga butuh asupan untuk menambah amunisi keimanan. Biar ga oleng.
Suami sering mengajak saya datang ke kajian-kajian yang membahas seputar keimanan dan muamalah. Kadang di sekitar Bekasi, Cikarang, Jakarta, bahkan hingga daerah Blok M.
Bagaimana mempersiapkan hari tua, bekal apa yang sudah kita punya, dan warisan apa yang kelak kita tinggalkan untuk anak-anak. Adalah tema-tema yang sangat membuat hati tergetar.
Hubungan dengan pasangan, anak, orang tua dan sekitar juga ternyata banyak yang harus diperbaiki. Betapa baru tersadar begitu banyak kekurangan, saat kita mendengarkan paparan dari ustadz pemateri.
Jika sudah begini, rasanya diri ini hanya butiran debu yang ga berarti apa-apa. Banyak takutnya, tapi malah gabut. Banyak kurangnya tapi malah meradang. Bukan semangat tapi malah mengkeret.
Baca juga : Ubah Mindset Berdoa
Bikin camilan
Ini salah satu aktivitas pengusir bosan yang paling saya suka. Jika banyak bahan di rumah, saya akan berkutat di dapur seharian. Bikin gorengan yang paling simpel. Haha jangan ditiru ya, kolesterol. Kadang bikin dimsum, gyoza, eggroll, dll yang dibuat cukup dari satu adonan saja.
Saat si sulung pulang ke rumah, saya suka membuatkan makanan favoritnya, mi ayam. Chicken katsu dengan kari Jepang atau cukup kentang goreng.
Baca juga : Refleksi
Me time dengan teman lama
Saya juga suka melepas penat dengan berjanji temu kawan lama. Teman masa sekolah di SD, SMP atau SMA. Bahkan teman satu kuliah, kerjaan, dan komunitas. Berbincang santai di kedai kopi, bercerita banyak hal. Berbagi pengalaman, kisah seru, dan bila beruntung kita bisa bertukar hikmah dari kejadian yang dialami. MasyaAllah ya.
Silaturahim tetap terjalin. Pahala berkumpul dalam kebaikan pun insyaAllah didapat. Semoga masa jelita yang kini kami tapaki memberikan banyak kenangan manis yang akan bisa dikisahkan kepada anak dan cucu nanti. Duhh, mendadak meloww lagi, betapa kami ternyata sudah sampai di usia ini.
Baca juga : Memaknai Hidup Dan Ujiannya
Berinteraksi dengan tetangga
Berkirim pesan dan telepon
Obat yang paling mujarab sudah pasti ini. Berkirim pesan teks dan suara kepada anak-anak mutlak dilakukan setiap hari. Meski kadang mereka lambat merespons, tapi respons itu sangat membantu mengobati rasa kangen. Apalagi jika percakapan berlangsung lama, meski hanya lewat teks, aura hepinya terbawa sampai ke rumah.
Tahukah nduk, nang ... video call dari kalian bisa langsung menyembuhkan sakit kepala kami. Bisa langsung membangunkan kami dari rebahan dan malas berdiri. Bisa mengisi semangat kami untuk menghadapi hari ini. Kami harap kalian pun begitu.
Tetap semangaat meraih mimpi kalian, berjuang keras demi masa depan. Doa kami selalu melangit mengiringi tiap langkah yang kalian tempuh.
Semoga bahagia selalu ya. Aamiin.

Komentar
Posting Komentar